Kisah Katinem, Guru Honorer Menyambi Jadi Motivator Usaha Berharap Lolos PPPK
Cari Berita

Advertisement

Kisah Katinem, Guru Honorer Menyambi Jadi Motivator Usaha Berharap Lolos PPPK

Profesi Guru
Sabtu, 14 Agustus 2021

Kisah Katinem, Guru Honorer Menyambi Jadi Motivator Usaha Berharap Lolos PPPK
Katinem, Guru honorer di SMAN 6 Kendari, harap-harap cemas menanti pengumuman seleksi PPPK guru. (Dokumen Istemewa)


Kisah Katinem, Guru Honorer Menyambi Jadi Motivator Usaha Berharap Lolos PPPK


Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) menjadi harapan terakhir Katinem, 47 tahun, guru honorer agar bisa menyandang status sebagai aparatur sipil negara (ASN).

Guru agama di SMAN 6 Kendari, Sulawesi Tenggara ini sudah mengabdi selama 18 tahun sebagai guru honorer. Lulus S-1 Pendidikan di IAIN Makassar, Katinem menjadi guru dengan niat untuk mengamalkan ilmunya. “Supaya apa yang kami kerjakan bisa jadi amal jariyah ketika Allah memanggil,” kata Katinem kepada Tempo, Jumat, 13 Agustus 2021.

Katinem mengaku statusnya sebagai honorer kerap dipandang sebelah mata. Padahal, beban kerja yang ditanggungnya juga sama dengan guru PNS. “Pandangan mereka mungkin honor tidak jelas,” ujarnya.

Selama menjadi guru honorer, Katinem berupaya membuktikan bahwa permasalahannya hanya lah status, bukan kualitas. Buktinya, Katinem dan beberapa rekannya hanya cukup satu kali mengikuti ujian sertifikasi karena langsung lulus. 

Meski demikian, karena sertifikasi ini pula, Katinem tidak bisa menerima honor dari dana bantuan operasional sekolah (BOS). Dalam syarat petunjuk teknis BOS, yang menerima tunjangan profesi tidak bisa lagi mendapatkan honor. 

Tak hanya berjuang untuk diri sendiri, Katinem juga memikul beban di pundaknya sebagai koordinator Perkumpulan Honorer K2 Indonesia wilayah Sulawesi Tenggara.

Ia aktif keliling kabupaten di Sultra, memanggil instruktur dari pusat untuk membimbing para guru honorer di daerah. 

Bahkan, menjelang seleksi PPPK Guru 2021, Katinem juga mengadakan bimbingan belajar untuk membantu guru honorer yang sudah lanjut usia agar bisa mengikuti seleksi tersebut.

“Sampai saya adakan bimbel, saya undang dari pusat, teman-teman dari kabupaten kita datangi, ternyata banyak usia lanjut. Hampir berapa tahun lagi pensiun,” kata dia. 

Mengajar sejak 2003, gaji Katinem saat ini Rp 500 ribu per bulan. Itu pun ia terima setiap 6-7 bulan sekali. Ia teringat pernah ditertawakan seseorang yang menanyakan tentang gajinya.

Orang tersebut heran karena Katinem mampu berangkat ke Jakarta dan datang ke DPR untuk memperjuangkan hak honorer menjadi ASN.

Katinem mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan sesama honorer menggadaikan apa yang mereka punya untuk bisa ke Jakarta.

Meski gajinya terbilang kecil, Katinem mampu mencukupi kebutuhan keluarganya karena memiliki usaha sampingan.

Sebelum menjadi guru, Katinem sudah memiliki usaha membuat kue di rumah. “Jadi kue kami buat, nanti orang-orang datang ambil untuk jual.

Jadi kalau malam kita produksi, kemudian untuk menangani kebutuhan sehari-hari dari situ,” kata dia.

Bisnisnya yang sudah berjalan hampir 20 tahun itu membuat ibu 3 anak tersebut didapuk sebagai motivator usaha kecil.

Katinem juga pernah diminta pemerintah untuk menghadiri pameran produk mewakili daerahnya. Berkat kegigihannya menjalankan usaha dan mengajar, ketiga anak Katinem bisa berkuliah.

“Berangkat dari niat ngajar karena ingin bermanfaat ilmu yang dimiliki, makanya mungkin Allah berikan terus rezeki yang tidak putus,” ucapnya yang berharap menjadi ASN.

FRISKI RIANA
sumber: https://nasional.tempo.co/read/1494386/kisah-katinem-guru-honorer-menyambi-jadi-motivator-usaha-berharap-lolos-pppk/full&view=ok